Hari itu, hari yang sangat cerah,
Orang-orang ramai mondar-mandir ke sana dan
ke sini,
Langitpun mengeluarkan cahaya di wajahnya
dengan senyuman manis,
Bertanda panas membara di tengah siang itu,
Merasakan hangatnya bumi ini dengan ceria sang
terik mentari,
Bersukacita di bawah naungan sang matahari raksasa,
Merasakan betapa luar biasanya panas membakar tubuh ini,
Mengeluarkan keringat yang membasahi seluruh
tubuhku.
Kini aku duduk termenung, merasakan indahnya ciptaan
Sang Pencipta,
Di bawah sebuah pohon, entah apa pohonnya,
Lama kelamaan, langit panas membara, warna biru tua yang indah,
Mengeluarkan cahaya terang, kini sang surya mulai
menyembunyikan cahaya merah kekuningan,
Di balik gelapnya hitam samudera, kian berubah
menjadi hitam dan gelap,
Awan tebal yang menutupi jagad raya, pertanda
takan lama lagi langit akan menangis,
Menderu menjatuhkan titik-titik tetesan air
hujan yang sangat kuat dan deras, entah
apa yang dipikirnya.
Akupun segera pergi dari tempat itu,
Angin yang tadinya berhembus sepoi-sepoi,
Kini berubah menjadi angin kencang,
Tak lama kemudian, aku tiba di tempat perteduhan di bawah naungan rumah,
Ku dengar suatu di balik atap sebuah rumah,
Sedang berteriak dengan keras,
Terdengarlah oleh telingaku suara itu,
Ternyata hujanlah yang sedang berteriak,
Menjatuhkan tetesan air di celah belahan
kecil seng,
Tetesan air itu jatuh ke tanah.
Akhirnya, basahlah bumi dengan air hujan yang
deras dan eras,
Awan hitam pun menutupi bumi hingga malam.